Sabtu, 01 Maret 2014

renungkan sebelum penyesalan menimpa (:

Amoride Design


Undur waktu sedikit,  perbanyak kemungkinan,
Beri sejuta kesempatan dan harapan.
Ambil nafas jika semuanya telah selesai,
Akhiri langkah perjalanan ini tanpa penyesalan.
Penyesalan, kesedihan, kepedihan, semuanya adalah bayaran.
Usaha yang sia-sia, langkah-langkah yang berat tanpa ada yang membantu menopang,
Semuanya adalah, diriku.
Jatuh bangun tubuh ini kubuat, hati yang kusiksa setiap satu kata-kata dengan senyuman palsu terucap menambah luka yang semula segores kian membesar.
Darah merah menetes dari sudut hati yang terpandang di cermin, aku hanya tersenyum.
Telapak tangan yang membeku, menyentuh cermin dingin yang terasa tajam,
Air mata. Hanya itu yang kuingat tentang perjuanganku selama ini.

Duduk tersungkur seperti menyebah diri yang semakin tersiksa rupanya di cermin, aku menghela nafas.
Indahnya dunia ini, rembulan malam ini, sejuk angin dingin yang menusuk kulit ini.
Suara serangga malam bernyanyi kian memanjakan telinga, letih lesu suara ayunan dahan tiupan sang angin.
Aku masih tersungkur. Sebelah tangan memukul dada dengan kuat, nyeri.
Diriku sekarang hanya terlihat seperti seseorang yang tidak berguna dan pantas, aku berteriak keras dalam relung dinding hati yang makin lama mulai tersapu angin dingin malam.
Terakhir kata yang kuucap dalam hati yang mulai kehilangan daya ini,
Aku mencintaimu..


Intan berlian, permata merah delima, batu kristal dan rubi.
Semuanya kulemparkan keatas tanah yang berbau harum ini.
Mereka semua bersinar, berjanji akan selalu bersinar tanpa ada akhir kilauannya.
Sejuk angin musim panas menerpa tubuh yang kian rapuh ini, sejenak menatap langit.
Hei langit mengapa engkau begitu tega melihatnya?
Yang Berkuasa di sana, mengapa engkau begitu tak adil?
Hentikan, bisikan hati berkata padaku.
Mungkin memang semuanya telah terlambat, mungkin semuanya telah berakhir, mungkin memang aku seorang yang mengecewakan, mungkin memang aku seseorang yang hanya bisa menyakiti.
Bunyinya keras, bunyinya nyaring, bunyinya mengalahkan segala suara di sana. Suara hati telah menjadi ribuan keping di dasar diriku ini.
Air mata pun perlahan menetes deras. Aku tidak berdaya! Benakku bergelora liar. Sayat-sayat luka yang masih terlihat mulai menimbul. Aku teringat akan sesuatu, aku sungguh seorang yang menyedihkan.
Aku bodoh!
Awan gelap menutupi lahan luas hijau itu, warnanya menjadi lebih tua.
Pelan rintik air mulai menyentuh jemari-jemariku, wajahku, dan tubuhku.
Aku bersujut di sana, dengan tangisan menyesal dan tulus,
Andai aku di sana, andai aku bersamamu, andai aku tau bahwa hati ini bersuara padaku.
Andai tirai itu masih sempat terbuka untukku, andai dosa-dosa yang kuperbuat akanmu bisa terhapus dalam kedipan mata, andai aku lebih menggunakan perasaan bukan logika pikiran pintar berbohong ini.
Andai masa-masa dimana dirimu masih sempat berkata-kata manis dari mulut tulus itu, aku membalasnya dengan senyum hangat dan mendalam.
Aku.. aku... aku...

Suara itu seperti badai menerjang, petir dan guntur mulai menampakkan dirinya.
Aku tetap berdiri di sana, mematung seperti tak bernyawa.
Berbisik pada bunga-bunga yang basah karena badai yang masih berlangsung itu, aku tertawa.
Merentangkan tangan hingga terasa menyentuh ujung dunia, aku merasa tertancap ribuat pisao dan busur panah yang di arahkan khusus untukku.
Aku ini mengakui, aku terlambat..
Maafkan kalau aku telah jatuh cinta padamu..

Terinspirasi lagu karya Maudy Ayunda, Cinta Datang Terlambat
keizia's poem.

Amoride Design / Author & Editor

Jangan pernah menganggap remeh sebuah perasaan, karena perasaan dapat mengubah seseorang menjadi yang lain

0 komentar:

Posting Komentar

Coprights @ 2016, Blogger Template Designed By Templateism | Templatelib