Senin, 11 April 2016

another short story

Amoride Design








Kemungkinan itu banyak peluangnya, hanya bagaimana kita membuatnya terjadi dan ada. Tanpa kita sadari kita telah memanfaatkan dan menggunakannya untuk kepentingan seorang, tanpa kita sadari kita mengorbankan yang seharusnya tidak dipertaruhkan. Iri hati. Iya iri, itu sumber segalanya. Tapi bukan berarti kebencian bukan suatu sebab, bukan berarti tekanan batin masa lalu bukan suatu alasan. Kemungkinan itu kita buat sendiri dengan usaha dan motivasi. Tanpa terkecuali suatu tujuan yang berakhir baik namun prosesnya buruk.

Kumulai dengan kalimat panjang, pengertian suatu kesempatan yang didapat dengan dua cara. Baik dan buruk.


Ini aku, ini sahabatku. Ini adalah kita. Kami bertiga selalu bersama. Di awal dimana kita kenal semuanya begitu datar, tidak memiliki tujuan apa – apa, dan tidak mengira akan berakhiran sebagai sahabat. Kekurangan sering kita keluhkan namun tidak pernah membuat kita lelah untuk berusaha. Namun masalah itu tidak luput dari antara kami, semakin lama semakin banyak dan rumit. Kadang kita lelah dan diam. Menyelesaikannya dengan keputusan sepihak dan penilaian sepihak pula.
Hal itu membuat kami semakin lama semakin sengit.

Di antara kami selalu ada masalah, kebetulan masalahnya hanya itu – itu saja. Seperti tanpa akhir walaupun sebelumnya sudah ada penyelesaian. Semakin lama semakin dalam, sebagian kita abaikan dan kita seperti menjauh. Masalah antara salah seorang dari kami, menceritakan pada seorang yang lain, tidak membuat kita beranggapan teradu domba.
Pihak lain, dan pembicaraan di belakang. Iya itu dia, main belakang. Tanpa sepengetahuan masalahnya semakin mengerikan dan berakhirnya salah seorang kami menceritakan pada pihak lain. Dan apesnya pihak lain itu ikut menyalahkan kami tanpa sekalipun pembuktian dari sahabat yang kami sayangi.

Aku. Terutama aku, melihat pada akhirnya kita terpisah hanya karena kekurangan kita akhirnya membuat suatu pro dan kontra antara masing – masing teman di luar lingkaran pertemanan kita. Hanya berawal dari masalah terus menerus, hingga akhirnya masalah itu bertambah. Dan akhirnya terpengaruh dan mengikuti kesalahan yang sama. Kadang aku hanya ingin mengatakan bahwa aku tidak ingin pertemanan di antara kita terasa canggung dan aneh satu sama lain, tapi apa daya semua memiliki keputusan masing – masing bukan?
Aku hanya berharap kita masih bisa berteman seperti pada awalnya, tapi ternyata tidak. Aku menyalahkan diriku yang hanya marah – marah dan membuat kalian takut dan jengkel. Aku menyesal karena membuang waktuku untuk kalian karena pada akhirnya berpisah. Ketidakjujuran, suatu dendam dan penyesalan yang terpendam dan tidak pernah ada pencurahan menjadi sebab utama perpisahan lingkaran pertemananku kali ini.
Aku lelah jujur saja. Kalian berdua itu begitu berharga bagiku, tapi apa boleh buat. Pada akhirnya saling bermusuhan dan saling menjauhkan. Aku hanya ingin kalian melihat apa yang pernah kita lewati, meninggalkan dan mengganti itu tidak semudah seperti menelan air liur.

Aku kecewa.

Kata – kata apalagi yang cocok untuk mendiskripsikan kalian. Mantan sahabat? Mantan teman? Atau kedua orang yang pernah saling mengenal dan saling membantu? Atau bahkan dua manusia yang pernah saling tau dan mengucap nama yang tiba – tiba melupakan nama keduanya?

Aku menyesal mencurahkan semua isi hatiku pada kalian berdua, salah seorangnya sudah mengetahui bahwa aku kecewa akan hal ini. Tapi kusebut kembali dan kusebut secara berulang – ulang. Aku menyesal, sekali lagi aku menyesal. 

Mau sampai kapan aku menjadi jembatan tidak bermakna di antara kalian? Untuk apa aku berusaha dan berjuang? Untuk apa aku menyayangi kalian? Dipermalukan tanpa pembelaan, disalahkan tanpa ada penjelasan sebenarnya, dan diajak menyelesaikan sendiri namun dibawa ke ruangan penuh kawan sang lawan bicara.

Aku tau aku tidak berhak mengetahui hidup kalian, aktivitas kalian, karena aku hanya orang lain. Ada yang mengatakan kalau misal aku tidak mendengar cerita aku akan marah. Iya aku akan, tapi misalkan itu adalah masalah pribadi aku tidak memaksa. Kadang aku memang menggunakan bahasa kasar dalam memancing emosi kalian keluar, tapi jika aku tidak melakukannya berarti aku hanya teman baik – baik yang tidak ingin mengetahui sisi lain dari sahabat kita yang mungkin sebagian orang tidak tau. Maafkan aku bila caraku tidak kalian sukai, tapi tolong koreksi aku dan biarkan aku tau dimana aku harus menyesuaikan diri dengan kalian
.
Lagipula aku bukan peramal yang bisa mengetahui kemauan dan isi hati kalian.

Amoride Design / Author & Editor

Jangan pernah menganggap remeh sebuah perasaan, karena perasaan dapat mengubah seseorang menjadi yang lain

0 komentar:

Posting Komentar

Coprights @ 2016, Blogger Template Designed By Templateism | Templatelib