Jumat, 08 April 2016

Project curhat runaway

Amoride Design


Menunggu

Rasanya aku lelah mengalami hal ini terus menerus. Kapan hal ini akan berhenti menghampiriku? Kapan juga waktu aku merasakan istirahat?

Apa karena aku berbeda, itulah alasan mengapa hal – hal ini terjadi padaku? Apa karena aku terlalu aneh di mata mereka sehingga aku pantas mendapatkannya, dan sekali lagi aku tidak bisa membalasnya. Hanya terdiam sepi menghadapi keadaan dan mempasrahkan diri. Aku ingin mati rasanya, tidak ada sehari aku dijadikan bahan olok – olok dan sindiran. Setiap kata yang keluar dari mulut sepertinya hanya angin lewat, sekiranya ada yang tidak sejalan dengan pendapat mereka. Aku disindir, dikerjai, dihujat, dan dikucilkan. Hanya karena aku berbeda. Aku bercerita kepada orang – orang yang kupercayai tapi tidak sedikit yang tidak bisa berbuat apa – apa, dan tidak sedikit yang menyakitiku hanya karena sikapku yang sekali lagi berbeda dari jalan pikir mereka.

Setiap kesalahan yang kulakukan sepertinya jadi bahan pembicaraan mereka, tidak henti – hentinya mereka. Aku sih tidak masalah bila mereka melakukannya di belakang tanpa aku harus melihat serta mendengar. Tapi apa? Mereka rasanya sama bodohnya dengan anjing menggonggongi ruang kosong bercahayakan lampu neon. Apalagi di saat senyuman terukir di wajah, rasanya mereka membenciku ketika bahagia. Entah apalagi yang mereka bicarakan dan mereka tertawakan. Aku rasanya ingin melahap kedua tanganku dan menangis dalam diam. Kehilangan teman bukan masalah besar bagiku sebab hal itu sudah sering terjadi dan aku sendiri pun lelah mencari tau penyebabnya, apa alasannya.

Sepertinya siksaan itu tidak berhenti di kelas, di mobil yang sejak kecil kutumpangi dengan supir yang sama selama hampir sepuluh tahun lebih bersama. Dijadikan tempat pengucilanku. Setiap kata yang keluar dari lipatan bibir ini, tidak memiliki nilai apa – apa dan tidak seberapa dengan candaan bodoh dan celetukan aneh yang sama sekali tidak berhubungan. Apa itu aku?

Air mataku tidak dihargai. Rasanya juga tidak puas juga cobaan datang, makan sendirian di lorong sepi, dan harus rela melipat kaki ke dalam kursi agar orang – orang itu melewatiku tanpa menyentuh kakiku. Setiap aku bersandar dan bersantai, rasanya tidak henti orang – orang itu melihatku dan menilaiku sebagai manusia asing di dunia merek. Bermodal senyuman dan doa malam, aku melewati semuanya dengan air mata dan siksaan tersendiri. Hatiku adalah batu tanpa keras. Rapuhnya akan mudah terjadi ketika berlumut akibat sujatan kata – kata dan mengucilan tanpa batas. Layaknya sungai yang dingin dan mencekam. Ya, itu dia sebutanya.

Mengharap sebuah pelukan dari sang kekasih, aku tidak mendapatkanny. Atau aku tidak pernah puas? Atau masalahku terlalu banyak? Atau aku memuakan baginya? Atau aku hanya selingan hari – hari nya saat butuh dan haus nafsu?
Aku lelah membahasnya, rasanya aku tidak bisa berucap kata lagi. Semua begitu jelas bahwa waktuku memang tidak ada di jadwalnya, karena hanya aku yang bisa ia hapus dan masih bsa kembali tanpa diundang. Berbeda dengan teman – teman nya yang tentu lebih berharga dariku. Katanya ia jarang bertemu, tapi hatiku berkata ia sering dan berbohong. Ia mudah cemburu dan melarikan diri dari masalah. Memarahiku, menganggap ceritaku itu hanya beban sehingga ia melarikan diri dengan alasan – alasannya. Munafik dan keji kubilang.

Cinta itu dibangun dan dipertahankan, bukan digunakan dan dijadikan keuntungan tersendiri.

Semua itu hanya berakhir di secarik surat singkat ini, andai aku bisa merasakan lebih. Pasti setiap lembarannya penuh dengan sedih dan air mata yang bergalon – galon.
Kabar dan tanpa kabar, khawatir tanpa khawatir, cinta tanpa cinta, usaha tanpa usaha, air mata tanpa air mata, kekosongan belaka yang terus menghantuiku membuatku sedikit tersentak.

Apakah sebaiknya semua kutukar dengan kebahagian bersama yang lain?

Yang sekiranya lebih menyayangiku dan menghargaiku, melihatku bukan sebagai mesin uang dan buka  sebagai pelacur pemuas dahaga dengan harga murah.

Iya, itu semua yang kurasakan dengan judul ini kusampaikan, jangan sampai kalian mengalami apa yang kualami karena mereka bisa saja bercanda tentang hati kita tetapi perasaan tidak bisa dijadikan mainan dan tanpa adany kepastian bukan?

9 April 2016

Amoride Design / Author & Editor

Jangan pernah menganggap remeh sebuah perasaan, karena perasaan dapat mengubah seseorang menjadi yang lain

0 komentar:

Posting Komentar

Coprights @ 2016, Blogger Template Designed By Templateism | Templatelib