Minggu, 27 Januari 2013

Stories~

Amoride Design


Malam Semua!
di Jakarta ni admin~
Siapa yang suka musik? atau memulai cinta dengan musik?
nah ni ceritanya >< maaf ya kelihatannya masih part 1
part 2 nya nyusul nanti!
made 26.01.13

Sekilas menyedihkan meratapinya..
Aku menunggu dirinya hingga akhir penghabisan?
Aku tau benar bahwa kamu tidak dapat menyediakan tempat bagiku lagi, bahkan sebagai teman dekat
Sebenarnya aku ingin bertanya pada dirimu
Apa kamu masih ada perasaan untuk diriku?
Hanya perasaan bukan tempat di hatimu..

Begitu pagi menjelang aku membuka mataku, silau sinar mentari cukup membuay rasa malasku meninggkat. Kulihat di jam dindingku, menunjukkan pukul 7 pagi.
Saatnya membawa tas dan siap-siap untuk kuliah.
Oh iya, kalian belum tau diriku.
Namaku Stephanie, aku berkuliah di sebuah universitas di Tokyo, Jepang. Hidup sebagai
Mahasiswa cukup berat, tapi aku tau aku dapat melaluinya dengan lancar, walau banyak batu di hidupku sekarang, tidak akan menghentikanku dari mencoba.
Pagi itu, kereta keberangkatan Tokyo cukup ramai, banyak sekali murid sekolah dan orang-orang yang ingin pergi ke tempat tujuan lainnya, aku sendiri kuliah. Dan seperti biasa saat sore hari sepulang kuliah, aku tidak melewatkan hari sembarang seperti murid-murid kuliah lainnya. Aku menghabiskan soreku di gereja, cukup tau saja, aku senang bernyanyi dan bermusik serta berteman. Teman-teman satu gereja memang banyak dan menyenangkan, salah satunya Sebastian. Dia laki-laki yang cukup baik, pengertian, dan kadang dia menyebalkan. Dia satu tahun lebih tua dariku, sebentar lagi ia akan lulus kuliah.

Mahasiswa sepertiku memang di bilang menyenangkan kalau dilihat dari cerita di atas, tetapi semua akan berjalan terbalik ketika ini terjadi..

Seperti biasa aku mempersiapkan diri untuk pulang dari kampus, tidak sabar untuk menuju gereja dan bertemu dengan teman-teman dan melayani yang di atas. Ketika itu aku menemukan sesuatu yang bisa dibilang aneh. Sebastian, bersama teman-teman sedang brusaha meninggikan suara mereka, tapi menurutku mana bisa kan mereka laki-laki, suaranya serendah inti bumi.
Ketika asik tertawa, aku di kagetkan dengan Sebastian di depan wajahku, ekspresinya menandakan dia kesal sekaligus bingung.

Sebastian : kenapa kamu melihatku seakan ada yang salah?
Stephanie : tidak kok, hanya lucu aja. Kalian coba nyanyi suara cewe, kan kalian cowo mana bisa, ntar berubah lho jadi cewe
Sebastian : biasa aja kamu, Steph. Oh ia coba kamu ketawa kayak tadi lagi
Stephanie : iya, aku ketawa kayak nek lampir yaudalah, banggain aja tawamu kayak pepsoden unjuk gigi
Sebastian : bukan itu. Kamu tertawa, senyummu bagai mentari
Stephanie : hus, gombal! Tidak ada efek!
Sebastian : tidak ada ya? Kok bilang tidak tapi di wajah dah merah gitu
Stephanie : orang kecapean pulang kuliah!
Sebastian : iya deh nona

Kenapa aku terkejut akan perkataan gombalaannya itu, padahal sudah biasa aku mendengarnya, tapi kenapa kali ini berbeda..?
Ibadah pada malam itu seakan menjadi yang terindah, entah kenapa.
Kali ini senang sekali, bersama Sebastian.. Berbeda saat dulu bersama mantan-mantanku, yang anggap aku egois dan memikirkan diri sendiri, tapi sebenarnya.. Sebaliknya!
Ibadah selesai aku langsung bersiap-siap untuk pulang. Teman-teman sudah pulang dari tadi karena besok akan sekolah, aku juga akan kuliah tetapi aku sudah bisa mengatur waktu. Membereskan barang di ruangan yang kosong membuatku merinding, sekali lagi aku masuk ke dalam jebakkannya

"Aaaaaaaa?!???!?!"

Teriakkan kencang terdengar di ruangan dan seisi gereja. Aku di kagetkan lagi, oleh si raja gombal, Sebastian. Dia hanya tertawa dan tertawa, melihatku hampir mati ketakutan. Mungkin terpikir olehnya untuk menggunakan kesempatan ini untuk membuatku kaget, aku hanya menatap tajam ke arahnya, sehingga dia tau aku tak senang dibuat seperti itu.
Sebastian hanya menepuk bahuku dan berbisik di telingaku sebelum melanjutkan jalannya keluar dari pintu belakang
"Maaf ya, tapi memang aku suka ekspresimu seperti itu. Cantik Steph"
Setelah itu dia keluar dengan ekspresi cuekmya lagi. Kali ini benar-benar tersipu, aku langsung terjongkok di bawah meja sambil memikirkan banyak hal
"Kenapa aku terus tersipu saat bersamanya?? Aku tidak mau jatuh cinta lagi, sakit teman sakit!"
Tetapi aku memikirkan hal itu di dalam pikiranku, bukan hatiku.. Apa yang di katakan hatiku saat aku berfikir bersamanya?

Keesokan harinya aku bergegas ke kampus, hampir terlambat karena kesiangan, tidak biasa aku seperti ini. Di kampus ada trial menjadi dosen atau guru bagi siswi semester 8, aku sendiri masih semester 6 sedikit lagi sih, tapi masih lama. Berat juga membuat skripsi. Aku masuk ke kelas dengan malasnya, hampir tertidur, tapi terbangus karena suatu sebab.
"Pagi teman-teman sekalian"
Suara ini?! Tidak mungkin dia trial di kelasku?! Mungkin hanya imajinasi karena ngantuk, tetapi ketika aku mengangkat kepalaku aku melihatnya! Berdiri di depan papan tulis raksasa di ruang kuliah. Haruslah aku memperhatikan dia mengajar? Atau aku tidur saja di kelas?
Aku memutuskan untuk belajar saja, aku melihat sekitar, banyak teman-teman sekelasku terutama yang cewe, memperhatikan setiap gerak-gerik sang calon guru itu. Aku sendiri memperhatikan pelajaran bukan Sebastian.
Cukup menyesakkan diriku kalau aku sampai memperhatikan dia, buat apa aku jatuh cinta pada sahabat? Bukankah semua cinta yang terjadi bersama sahabat akan berjalan terbalik dari apa yang kita harapkan?
Jado sudah aku putuskan akan mementingkan belajar dan bekerj dahulu, baru cinta..

Sepulang kuliah, aku membereskan tasku di ruang kuliah yang kosong, dan ketika aku ingin mengambil tempat pensilki di atas meja, ada yang menindih tanganku dengan genggaman erat, tangan yang umum pernah aku rasakan sebelumnya.
"Sebastian?"
Kataku menoleh kebelakang, tetapi ekspresi wajahnya serius, tidak main-main seperti biasa

Sebatian : ada yang ingin aku tanyakan padamu
Stephanie : apa ya? Oh ya tumben milih trial di kelasku
Sebantian : hum, mau kah kamu ke gereja bersamaku? Nanti pulang aku antarkan juga
Stephanie : hum.. Gimana ya.. Boleh deh, pertanyaanku belum di jawab?
Sebantian : aku kebetulan saja mendapat kelasmu, kan di pilihkan secara acak
Stephanie : oh, ya sudahlah. Segera kita ke gereja!

Aku tau, sebenarnya. Dia berbohong, orang di papan ruang guru berisi daftar kelas pilihan trial selama seminggu, dan boleh memilih bebas kelasnya. Tapi aku tidak masalah jika ada orang yang ia kenal di kelasku, mungkin itu sebabnya, bukan karenaku kan?

Aku menaiki mobilnya dan berjalan pulang, melihat wajahnya yang serius mengendarai kendaraan itu, membuat aku terkesan, tapi memang wajah seriusnya, yang membuat banyak perempuan jatuh hati padanya. Tetapi aku tidak tuh.
Perjalanan kelihatan sepi, sampai beberapa menit lagi akan sampai di gereja
"Hei! Diam saja kamu"
Aku hanya diam mendengar dia seperti itu, sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu, tetapi karena ditahan oleh kedewasaan akan menahan sifat dan perasaan aku diam.
Dia seperti terus memanggilku, tetapi aku hiraukan, karena mengganggu jika berbincang kepada pengendara bukan?
Ketika kami berdua sampai, langsung di sambut dengan ledek-ledekan adik-adik dan teman-teman kami.
"Cie elah, pulang bareng ni!! Tumben amat si Gombal baek!"
Kata teman ku di sana
"Aelah! Ini juga kebetulan aku di kampus dia trial, jadi sekalian aja anterin ke sini! Kamu maunya dah dianterin aku kan? Ly"
"No way! Orang kayak kamu? Aku lebih baik naik kebo!"
"Yai udah naik sana kebo!"
Perbincangan mereka membuat kami tertawa liar, seakan mirip hewan. Semua melihat mereka tertawa terbahak-bahak, hingga kami di tegur oleh pendeta di sana, katanya berisik.
Tapi menarik juga seperti itu, daripada diem-diem an.
Selesai ibadah aku diantarkan pulang Sebastian. Seperti janji dia tadi. Aku sedikit jengkel dengan tingkahnya akhir-akhir ini padaku? Apa dia suka denganku? Bohong lah! Aku berharap berlebihan..

Kami sampai di depan kost-kostan ku. Sebelum aku keluat dari mobil, Sebastian memberikan sebuat bunga, sekuntum mawar putih. Dengan berkata,

"Ini hadiahnya, maaf aku kasih lebih awal karena mungkin aku tidak sempat lagi bertemu denganmu"

Aku hanya bingung dan mendorong tangannya lagi ke arahnya. Dan aku membantah! Bahwa buat apa kamu memberikan bunga untuk wanita sepertiku?!

Stephanie : hah?! Ni aku kembalikan
Sebastian : kenapa?? Biasa kau menerima ini dulu setiap tahun, kenapa sekarang tidak? Kau tidak suka?
Stephanie : bukan itu! Kenapa harus.. Kau berikan sekarang? Lagi pula ulang tahunmu esok bukan diriku!
Sebastian : aku mungkin tidak bisa memberikan apa-apa lagi padamu
Stephanie : tak apa! Aku tak butuh hadiah dari orang seperti dirimu! Hatiku terusik selama ini karenamu tau!
Tidak salah aku mengeluarkan, kata-kata hatiku.. Keluar semua dalam satu kalimat itu.
Setelah aku salah berucap, langsung aku keluar dari mobilnya dan naik ke kost-kost anku, membuka pintu dan menguncinya rapat-rapat
Hati dan pikiranku terbentur, tau siapa yang berkata benar atau salah, tiba-tiba aku berfikir dalam
"Inikah namanya cinta salah tempat?"
Rasanya ingin sekali mengungkapkannya besar-besar dan terang-terangan padanya! Tapi cara apa yang ku pakai lagi? Setelah aku kasar padanya tadi..
Entah seminggu ini.. Apa yang akan terjadi, dan berpapasan besok hari ulang tahunnya..

Keesokkan hari aku masuk kuliah seperti biasa, dan dia mengajar seperti biasa. Saat wajah kami saling memandang, dia memalingkan ke tempat lain, seakan dia sakit batin..
Tapi aku tidak peduli! Untuk apa terus seperti ini! Mending aku ungkapkan selama ini!
Jam 4 berbunyi di jam dan aku belum pulang, sudah 1 jam aku di kampus, karena banyak tugas dan pekerjaan. Perpustakaan sepi, hanya penjaga dan beberapa siswa saja. Aku terus mengetik dan mengetik demi tugas esok, ketika aku berhenti sejenak membaca buku, aku mengetik dan salah..
Segera aku memundurkan mouse untuk mencari kesalahan itu, ternyata satu bait aku salah, tugas bahasaku jadi terusik karena bait ini aku tuliskan secara tak sengaja

"Lamanya aku berdiri, lamanya aku bernafas, lamanya aku menunggu.
Tetap saja, kau di sana, kenapa?
Apa salahku sekarang?
Kenapa aku selalu jadi bagian dari hatimu? Bisakah kau.. Membuangku jauh-jauh?
Hati kecilmu tidak sanggup menahan besarnya perasaanku ini! Sudahilah! Kau tau.. Aku tidak dapat menunggumu selamanya.. Segeralah katakan jawaban..
Maaf, aku tidak sanggup menyayangimu lagi, peduli, suka, dan bersama.. Aku tak sanggup lagi"

Mengapa? Aku menulis bait itu! Padahal di novelku berkata sebaliknya..
Inikah kemauanku? Atau takdir ku?
Aku melipat tanganku dan membenam kepadaku di dalamnya. Aku meneteskan air mata, tangisan apa ini? Untuk apa aku menangis!? Dia sudah ada yang punya! Atau mungkin sudah suka orang lain! Kenapa? Kenapa?! Aku menangis terus! Hatiku ini tertusuk! Luka ini? Kenapa terus ingin di sembuhkan olehmu!

Aku menangis dan menangis hingga sepasang tangan menepuk punggungku.
Tapi aku tidak memperdulikan semuanya!
Atau siapa yang di belakangku saat ini.

"Kenapa menangis? Teriakan suaramu, apakah itu yang kau pikirkan tenangku sekarang?"

Sebuah suara..
Suara yang sangat ku kenal..
Ku kenal dia baik..
Baik sangat baik, malahan tak terhitung
Tak terhitung berapa lama
Lama pengalamanku dihabiskan
Dihabiskan, dijalankan, dan di rasakan
Dirasakan perasaan ini
Perasaan ini hanya untuk
Untuk.. Dia seorang?
Dia seorang.. Sebastian?

Aki mengangkat kepalaku dan segera berdiri dan memeluk orang di belakangku..
Apa benar atau salah orang yang kupeluk tadi? Aku tidak tau
Hanya tangisan-tangisan serta tetesan air mata yang aku keluarkan saat ini yang aku pikirkan..

Sebastian : Vani, nangis terus? Kenapa? Cerita sama aku, aku selalu ada untukmu
Stephanie : maksudmu? Kenapa kau mau sampai seperti ini, susah-susah aku menjauhimu! Menjahatimu! Menyengsarakan kau selama ini! Kenapa masih mau peduli denganku?
Sebastian : aku tidak tau banyak tentang cinta, tapi mungkin cuma ada satu yang aku pahami
Stephanie : hah? Apa hah! Apa.. Aku.. Aku..
Sebastian : cinta bisa muncul dari mana dan apa saja.. Tidak ada batasan atau apapun.. Tapi pasti ada yang membuat jalan menuju penggapaian cinta itulah yang menyulitkan.. Sakit.. Dan tangis
Stephanie : ... Aku.. Aku

Sebastian langsung memelukku erat, dan sambil mengungkapkan kata
"Stephanie.. Bisakah aku.. Menyukaimu? Menyayangimu? Peduli? Pengertian terhadapmu?"

Kenapa? Dia berkata itu? Padahal aku belum mengatakan apa-apa padanya..
Sebastian.. Mengapa kau bisa suka dan sayang dengan perempuan munafik sepertiku? 



Love.. Can come from anywhere in this world. Young Old, smart stupid, kind mean, we can love anyone we like.. Love dont have any fance near them.. Didnt have any divider..
Just remember one thing..
Love can come from anywhere.. We never know.. Who is destend to be with us.. Forever, only Gods knows

Thx readers, hope be hoping the second part

Amoride Design / Author & Editor

Jangan pernah menganggap remeh sebuah perasaan, karena perasaan dapat mengubah seseorang menjadi yang lain

0 komentar:

Posting Komentar

Coprights @ 2016, Blogger Template Designed By Templateism | Templatelib