Stories~
Amoride Design
05.18
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbYMg5pDemIx7U-JGOa9X1KU7wJ0u1vCw5zySnG5H9P4G8k9J4B2RVMfOQNyU4Dns5bYgJsVoY2KhFfZN2wMKSsrCd35b2xuamTEqI1TcPZSFmQtnSeZmXwNn8Xsc8GuxKvZi0y1g7nwY/s1600/Picture1+cover.png)
Malam Semua!
di Jakarta ni admin~
Siapa yang suka musik? atau memulai cinta dengan musik?
nah ni ceritanya >< maaf ya kelihatannya masih part 1
part 2 nya nyusul nanti!
made 26.01.13
Sekilas menyedihkan meratapinya..
Aku menunggu dirinya hingga akhir penghabisan?
Aku tau benar bahwa kamu tidak dapat menyediakan tempat bagiku lagi, bahkan sebagai teman dekat
Sebenarnya aku ingin bertanya pada dirimu
Apa kamu masih ada perasaan untuk diriku?
Hanya perasaan bukan tempat di hatimu..
Begitu
pagi menjelang aku membuka mataku, silau sinar mentari cukup membuay
rasa malasku meninggkat. Kulihat di jam dindingku, menunjukkan pukul 7
pagi.
Saatnya membawa tas dan siap-siap untuk kuliah.
Oh iya, kalian belum tau diriku.
Namaku Stephanie, aku berkuliah di sebuah universitas di Tokyo, Jepang. Hidup sebagai
Mahasiswa
cukup berat, tapi aku tau aku dapat melaluinya dengan lancar, walau
banyak batu di hidupku sekarang, tidak akan menghentikanku dari mencoba.
Pagi
itu, kereta keberangkatan Tokyo cukup ramai, banyak sekali murid
sekolah dan orang-orang yang ingin pergi ke tempat tujuan lainnya, aku
sendiri kuliah. Dan seperti biasa saat sore hari sepulang kuliah, aku
tidak melewatkan hari sembarang seperti murid-murid kuliah lainnya. Aku
menghabiskan soreku di gereja, cukup tau saja, aku senang bernyanyi dan
bermusik serta berteman. Teman-teman satu gereja memang banyak dan
menyenangkan, salah satunya Sebastian. Dia laki-laki yang cukup baik,
pengertian, dan kadang dia menyebalkan. Dia satu tahun lebih tua dariku,
sebentar lagi ia akan lulus kuliah.
Mahasiswa sepertiku memang
di bilang menyenangkan kalau dilihat dari cerita di atas, tetapi semua
akan berjalan terbalik ketika ini terjadi..
Seperti biasa aku
mempersiapkan diri untuk pulang dari kampus, tidak sabar untuk menuju
gereja dan bertemu dengan teman-teman dan melayani yang di atas. Ketika
itu aku menemukan sesuatu yang bisa dibilang aneh. Sebastian, bersama
teman-teman sedang brusaha meninggikan suara mereka, tapi menurutku mana
bisa kan mereka laki-laki, suaranya serendah inti bumi.
Ketika asik tertawa, aku di kagetkan dengan Sebastian di depan wajahku, ekspresinya menandakan dia kesal sekaligus bingung.
Sebastian : kenapa kamu melihatku seakan ada yang salah?
Stephanie : tidak kok, hanya lucu aja. Kalian coba nyanyi suara cewe, kan kalian cowo mana bisa, ntar berubah lho jadi cewe
Sebastian : biasa aja kamu, Steph. Oh ia coba kamu ketawa kayak tadi lagi
Stephanie : iya, aku ketawa kayak nek lampir yaudalah, banggain aja tawamu kayak pepsoden unjuk gigi
Sebastian : bukan itu. Kamu tertawa, senyummu bagai mentari
Stephanie : hus, gombal! Tidak ada efek!
Sebastian : tidak ada ya? Kok bilang tidak tapi di wajah dah merah gitu
Stephanie : orang kecapean pulang kuliah!
Sebastian : iya deh nona
Kenapa aku terkejut akan perkataan gombalaannya itu, padahal sudah biasa aku mendengarnya, tapi kenapa kali ini berbeda..?
Ibadah pada malam itu seakan menjadi yang terindah, entah kenapa.
Kali
ini senang sekali, bersama Sebastian.. Berbeda saat dulu bersama
mantan-mantanku, yang anggap aku egois dan memikirkan diri sendiri, tapi
sebenarnya.. Sebaliknya!
Ibadah selesai aku langsung bersiap-siap
untuk pulang. Teman-teman sudah pulang dari tadi karena besok akan
sekolah, aku juga akan kuliah tetapi aku sudah bisa mengatur waktu.
Membereskan barang di ruangan yang kosong membuatku merinding, sekali
lagi aku masuk ke dalam jebakkannya
"Aaaaaaaa?!???!?!"
Teriakkan
kencang terdengar di ruangan dan seisi gereja. Aku di kagetkan lagi,
oleh si raja gombal, Sebastian. Dia hanya tertawa dan tertawa, melihatku
hampir mati ketakutan. Mungkin terpikir olehnya untuk menggunakan
kesempatan ini untuk membuatku kaget, aku hanya menatap tajam ke
arahnya, sehingga dia tau aku tak senang dibuat seperti itu.
Sebastian hanya menepuk bahuku dan berbisik di telingaku sebelum melanjutkan jalannya keluar dari pintu belakang
"Maaf ya, tapi memang aku suka ekspresimu seperti itu. Cantik Steph"
Setelah
itu dia keluar dengan ekspresi cuekmya lagi. Kali ini benar-benar
tersipu, aku langsung terjongkok di bawah meja sambil memikirkan banyak
hal
"Kenapa aku terus tersipu saat bersamanya?? Aku tidak mau jatuh cinta lagi, sakit teman sakit!"
Tetapi aku memikirkan hal itu di dalam pikiranku, bukan hatiku.. Apa yang di katakan hatiku saat aku berfikir bersamanya?
Keesokan
harinya aku bergegas ke kampus, hampir terlambat karena kesiangan,
tidak biasa aku seperti ini. Di kampus ada trial menjadi dosen atau guru
bagi siswi semester 8, aku sendiri masih semester 6 sedikit lagi sih,
tapi masih lama. Berat juga membuat skripsi. Aku masuk ke kelas dengan
malasnya, hampir tertidur, tapi terbangus karena suatu sebab.
"Pagi teman-teman sekalian"
Suara
ini?! Tidak mungkin dia trial di kelasku?! Mungkin hanya imajinasi
karena ngantuk, tetapi ketika aku mengangkat kepalaku aku melihatnya!
Berdiri di depan papan tulis raksasa di ruang kuliah. Haruslah aku
memperhatikan dia mengajar? Atau aku tidur saja di kelas?
Aku
memutuskan untuk belajar saja, aku melihat sekitar, banyak teman-teman
sekelasku terutama yang cewe, memperhatikan setiap gerak-gerik sang
calon guru itu. Aku sendiri memperhatikan pelajaran bukan Sebastian.
Cukup
menyesakkan diriku kalau aku sampai memperhatikan dia, buat apa aku
jatuh cinta pada sahabat? Bukankah semua cinta yang terjadi bersama
sahabat akan berjalan terbalik dari apa yang kita harapkan?
Jado sudah aku putuskan akan mementingkan belajar dan bekerj dahulu, baru cinta..
Sepulang
kuliah, aku membereskan tasku di ruang kuliah yang kosong, dan ketika
aku ingin mengambil tempat pensilki di atas meja, ada yang menindih
tanganku dengan genggaman erat, tangan yang umum pernah aku rasakan
sebelumnya.
"Sebastian?"
Kataku menoleh kebelakang, tetapi ekspresi wajahnya serius, tidak main-main seperti biasa
Sebatian : ada yang ingin aku tanyakan padamu
Stephanie : apa ya? Oh ya tumben milih trial di kelasku
Sebantian : hum, mau kah kamu ke gereja bersamaku? Nanti pulang aku antarkan juga
Stephanie : hum.. Gimana ya.. Boleh deh, pertanyaanku belum di jawab?
Sebantian : aku kebetulan saja mendapat kelasmu, kan di pilihkan secara acak
Stephanie : oh, ya sudahlah. Segera kita ke gereja!
Aku
tau, sebenarnya. Dia berbohong, orang di papan ruang guru berisi daftar
kelas pilihan trial selama seminggu, dan boleh memilih bebas kelasnya.
Tapi aku tidak masalah jika ada orang yang ia kenal di kelasku, mungkin
itu sebabnya, bukan karenaku kan?
Aku menaiki mobilnya dan
berjalan pulang, melihat wajahnya yang serius mengendarai kendaraan itu,
membuat aku terkesan, tapi memang wajah seriusnya, yang membuat banyak
perempuan jatuh hati padanya. Tetapi aku tidak tuh.
Perjalanan kelihatan sepi, sampai beberapa menit lagi akan sampai di gereja
"Hei! Diam saja kamu"
Aku
hanya diam mendengar dia seperti itu, sebenarnya aku ingin mengatakan
sesuatu, tetapi karena ditahan oleh kedewasaan akan menahan sifat dan
perasaan aku diam.
Dia seperti terus memanggilku, tetapi aku hiraukan, karena mengganggu jika berbincang kepada pengendara bukan?
Ketika kami berdua sampai, langsung di sambut dengan ledek-ledekan adik-adik dan teman-teman kami.
"Cie elah, pulang bareng ni!! Tumben amat si Gombal baek!"
Kata teman ku di sana
"Aelah! Ini juga kebetulan aku di kampus dia trial, jadi sekalian aja anterin ke sini! Kamu maunya dah dianterin aku kan? Ly"
"No way! Orang kayak kamu? Aku lebih baik naik kebo!"
"Yai udah naik sana kebo!"
Perbincangan
mereka membuat kami tertawa liar, seakan mirip hewan. Semua melihat
mereka tertawa terbahak-bahak, hingga kami di tegur oleh pendeta di
sana, katanya berisik.
Tapi menarik juga seperti itu, daripada diem-diem an.
Selesai
ibadah aku diantarkan pulang Sebastian. Seperti janji dia tadi. Aku
sedikit jengkel dengan tingkahnya akhir-akhir ini padaku? Apa dia suka
denganku? Bohong lah! Aku berharap berlebihan..
Kami sampai di
depan kost-kostan ku. Sebelum aku keluat dari mobil, Sebastian
memberikan sebuat bunga, sekuntum mawar putih. Dengan berkata,
"Ini hadiahnya, maaf aku kasih lebih awal karena mungkin aku tidak sempat lagi bertemu denganmu"
Aku
hanya bingung dan mendorong tangannya lagi ke arahnya. Dan aku
membantah! Bahwa buat apa kamu memberikan bunga untuk wanita sepertiku?!
Stephanie : hah?! Ni aku kembalikan
Sebastian : kenapa?? Biasa kau menerima ini dulu setiap tahun, kenapa sekarang tidak? Kau tidak suka?
Stephanie : bukan itu! Kenapa harus.. Kau berikan sekarang? Lagi pula ulang tahunmu esok bukan diriku!
Sebastian : aku mungkin tidak bisa memberikan apa-apa lagi padamu
Stephanie : tak apa! Aku tak butuh hadiah dari orang seperti dirimu! Hatiku terusik selama ini karenamu tau!
Tidak salah aku mengeluarkan, kata-kata hatiku.. Keluar semua dalam satu kalimat itu.
Setelah
aku salah berucap, langsung aku keluar dari mobilnya dan naik ke
kost-kost anku, membuka pintu dan menguncinya rapat-rapat
Hati dan pikiranku terbentur, tau siapa yang berkata benar atau salah, tiba-tiba aku berfikir dalam
"Inikah namanya cinta salah tempat?"
Rasanya
ingin sekali mengungkapkannya besar-besar dan terang-terangan padanya!
Tapi cara apa yang ku pakai lagi? Setelah aku kasar padanya tadi..
Entah seminggu ini.. Apa yang akan terjadi, dan berpapasan besok hari ulang tahunnya..
Keesokkan
hari aku masuk kuliah seperti biasa, dan dia mengajar seperti biasa.
Saat wajah kami saling memandang, dia memalingkan ke tempat lain, seakan
dia sakit batin..
Tapi aku tidak peduli! Untuk apa terus seperti ini! Mending aku ungkapkan selama ini!
Jam
4 berbunyi di jam dan aku belum pulang, sudah 1 jam aku di kampus,
karena banyak tugas dan pekerjaan. Perpustakaan sepi, hanya penjaga dan
beberapa siswa saja. Aku terus mengetik dan mengetik demi tugas esok,
ketika aku berhenti sejenak membaca buku, aku mengetik dan salah..
Segera
aku memundurkan mouse untuk mencari kesalahan itu, ternyata satu bait
aku salah, tugas bahasaku jadi terusik karena bait ini aku tuliskan
secara tak sengaja
"Lamanya aku berdiri, lamanya aku bernafas, lamanya aku menunggu.
Tetap saja, kau di sana, kenapa?
Apa salahku sekarang?
Kenapa aku selalu jadi bagian dari hatimu? Bisakah kau.. Membuangku jauh-jauh?
Hati
kecilmu tidak sanggup menahan besarnya perasaanku ini! Sudahilah! Kau
tau.. Aku tidak dapat menunggumu selamanya.. Segeralah katakan jawaban..
Maaf, aku tidak sanggup menyayangimu lagi, peduli, suka, dan bersama.. Aku tak sanggup lagi"
Mengapa? Aku menulis bait itu! Padahal di novelku berkata sebaliknya..
Inikah kemauanku? Atau takdir ku?
Aku
melipat tanganku dan membenam kepadaku di dalamnya. Aku meneteskan air
mata, tangisan apa ini? Untuk apa aku menangis!? Dia sudah ada yang
punya! Atau mungkin sudah suka orang lain! Kenapa? Kenapa?! Aku menangis
terus! Hatiku ini tertusuk! Luka ini? Kenapa terus ingin di sembuhkan
olehmu!
Aku menangis dan menangis hingga sepasang tangan menepuk punggungku.
Tapi aku tidak memperdulikan semuanya!
Atau siapa yang di belakangku saat ini.
"Kenapa menangis? Teriakan suaramu, apakah itu yang kau pikirkan tenangku sekarang?"
Sebuah suara..
Suara yang sangat ku kenal..
Ku kenal dia baik..
Baik sangat baik, malahan tak terhitung
Tak terhitung berapa lama
Lama pengalamanku dihabiskan
Dihabiskan, dijalankan, dan di rasakan
Dirasakan perasaan ini
Perasaan ini hanya untuk
Untuk.. Dia seorang?
Dia seorang.. Sebastian?
Aki mengangkat kepalaku dan segera berdiri dan memeluk orang di belakangku..
Apa benar atau salah orang yang kupeluk tadi? Aku tidak tau
Hanya tangisan-tangisan serta tetesan air mata yang aku keluarkan saat ini yang aku pikirkan..
Sebastian : Vani, nangis terus? Kenapa? Cerita sama aku, aku selalu ada untukmu
Stephanie
: maksudmu? Kenapa kau mau sampai seperti ini, susah-susah aku
menjauhimu! Menjahatimu! Menyengsarakan kau selama ini! Kenapa masih mau
peduli denganku?
Sebastian : aku tidak tau banyak tentang cinta, tapi mungkin cuma ada satu yang aku pahami
Stephanie : hah? Apa hah! Apa.. Aku.. Aku..
Sebastian
: cinta bisa muncul dari mana dan apa saja.. Tidak ada batasan atau
apapun.. Tapi pasti ada yang membuat jalan menuju penggapaian cinta
itulah yang menyulitkan.. Sakit.. Dan tangis
Stephanie : ... Aku.. Aku
Sebastian langsung memelukku erat, dan sambil mengungkapkan kata
"Stephanie.. Bisakah aku.. Menyukaimu? Menyayangimu? Peduli? Pengertian terhadapmu?"
Kenapa? Dia berkata itu? Padahal aku belum mengatakan apa-apa padanya..
Sebastian.. Mengapa kau bisa suka dan sayang dengan perempuan munafik sepertiku?
Love.. Can come from anywhere in this world. Young Old, smart
stupid, kind mean, we can love anyone we like.. Love dont have any fance
near them.. Didnt have any divider..
Just remember one thing..
Love can come from anywhere.. We never know.. Who is destend to be with us.. Forever, only Gods knows
Thx readers, hope be hoping the second part
Amoride Design /
Author & Editor
Jangan pernah menganggap remeh sebuah perasaan, karena perasaan dapat mengubah seseorang menjadi yang lain
0 komentar:
Posting Komentar