Aku ingin merasakan kebahagian yang aku rasakan dulu bersamamu sebelum kau menghilang dengan segala kesibukan dan kepadatanmu setiap harinya.
Aku ingin sehari saja tanpa gangguan teman - temanmu, tapi setelah itu kau sibuk lagi seakan aku tidak meminta waktumu setiap minggunya.
Andai kau mengerti tidak semudah itu menunggu tanpa balasan, tanpa hal yang perlu kulakukan, seperti yang kau lakukan saat aku sibuk. Kadang aku ingin membalasnya, dimana kau harus merasakan posisi bertahan yang terlalu rumit untuk dijelaskan.
Perlu kah aku sibuk setiap minggu? Perlu kah aku tidak memperhatikanmu? Perlukah aku harus meninggalkanmu? Sayangnya aku tidak pernah melakukan hal itu padamu, kecuali terpaksa dan aku sudah memperingatkanmu.
Aku tidak ingin janji, aku hanya ingin waktumu sedikit saja, seminggu kurang kah bertemu dengan teman - temanmu? Mau itu di sekolah, rumah, tempat les?
Apa aku tidak berhak meminta waktumu setiap akhir minggu? Mungkin hanya menelpon, tapi kau selalu tertidur, dan sering juga aku harus mengorbankan waktuku agar bisa terus berkata - kata dan berbagi cerita denganmu.
Aku tidak bisa merasakan hari tanpamu, jujur saja. Tapi kau memaksa aku agar bisa merasakan hari tanpamu, sampai akhirnya aku berhasil dan terbiasa. Tapi kau yang tidak menyukainya, kau yang menuntut agar aku peduli lagi, sayang... Aku tidak bisa kembali seperti semestinya.
Aku merubah caraku agar terus mengabaikan kebutuhanku akan dirimu, tapi kau mentuntutku untuk kembali..
Di saat kau tiada aku punya banyak teman dan sahabat, kau juga begitu. Di saat kau sibuk dengan teman - temanmu aku bukan tidak suka tapi.. Andai waktumu ke aku bukan sekedar memberi kabar seadanya, seakan aku hanya diajak bicara saat kau butuh aku?
Apa aku hanya benda yang kau beli untuk melengkapi koleksimu? Apa aku hanya boneka yang dilihat saat pagi dan di liat sebelum tidur? Apa karena aku terlalu berbeda jadi kau malas melihatku?
Apa karena aku tidak bisa memenuhi setiap kebutuhanmu, oleh sebab itu kau menganggap aku hanya orang biasa yang tidak menanyakan kesulitanmu setiap harinya, yang menyayangimu lebih dari dirinya sendiri, yang mendoakanmu walau dirinya kesal sekesal kesalnya padamu, yang melihatmu baik apa adanya tanpa menututmu macam - macam..
Semua ini berdasarkan kenyataan yang tertera, terima kasih atas sakit hati yang terus kau ulangi, terima kasih karena telah mengajariku bagaimana mengabaikan orang yang dicintainya.
28.11.15
0 komentar:
Posting Komentar