Tau cinta? Sepertinya
hal biasa bukan dalam kehidupan?
Menurutku, jarang
adanya cinta di kalanganku
Mulai dari bahasa
pendekatan “PDKT” hingga sesuatu yang di sebut pernyataan cinta?
Untukku cinta dan suka
itu berbeda, dari kata saja sudah berbeda bukan? Untuk kali ini, aku merasakan
perbedaan itu oleh seseorang
Bagiku dia bukan hanya
seseorang, dia aku anggap seperti lebih dari seorang sahabat, teman, kawan,
keluarga, tapi tentu tidak Tuhan
Dia membuatku tau akan
bahaya hidup kelak, dan kali ini aku akan mengangkat kisah singkat perjuanganku
demi sesuatu kata yang dulu kukatakan sendiri padanya,
“tidak ada kata terlambat darimu bagiku”
Bermulai dari sesuatu yang mungkin tidak wajar ya? Kisahku
berawal dari Desember tahun 2012 silam, tepat malam natal. Aku kehilangan
seseorang, dan tentu aku sadar. Aku salah.
“Sudah ya, aku mau cari yang lain dulu. Bye”
Pesan terakhir darinya pada malam natal itu, aku merasakan
sesuatu yang keras membentur pintu hatiku hari itu. Aku meremas tanganku
kuat-kuat pada ponsel di jari-jariku dan rasanya ingin membantingnya!
Memang aku berpacaran dengannya hanya dapat di hitung, baru
3 minggu! Singkat sekali.
Aku pun malam itu berbentur pada sang mantan yang sudah
memiliki kekasih lain di sampingnya. Aku masih saja berusaha mendapatkan
hatinya hingga aku lelah. Beristirahat di tengah gelapnya situasiku saat itu,
aku berdiam diri.
Menyesali diriku karena telah mengatakan “suka”pada
seseorang yang sebenarnya bukan untukku dari awal!
Awal tahun baru 1 Januri 2013, sesuatu yang mengatakan harus
memohon sesuatu yang baru bukan? Aku juga ingin memohon! Hati berbisik. Aku
melakukan aktifitas rutin liburan saat itu, bermain game online 24 jam di depan
layar mungil laptopku. Bermain-bermain dan bermain, hingga aku lelah.
Membiarkan laptop itu menyala.
Sesuatu membisikkanku sesuatu, seseorang tak di kenal
menemukanku di ruang sendirian. Hendak menyapanya, tapi ia pergi. Kemudian
anehnya dia kembali?! Di sanalah kisah anehku bermulai, kata orang memang tidak
mungkin, tapi apa aku percaya? Tidak!
Agustus 2013, pertengahan bulan. Aku ingat, dan tau? Aku
tidak ingin melupakannya!
“lebih baik kita menjadi teman saja”
Katanya secara tiba-tiba hari itu, ingat sekali aku memakai
seragam selasa dan sedang berada di rumah salah seorang teman ntuk bermain.
Hari itu ponsel menjadi sahabatku, dan aku tidak mempercayai apa yang ia
katakan. Aku tidak percaya! Hingga sesuatu membentur kepalaku. Cinta ini
terlambat? Ucapku, tapi aku tidak mau menyerah begitu saja. Walau hari itu aku
harus mengeluarkan segalon air mata untuknya, aku tidak peduli. Aku berusaha
mendapatkannya hari itu, tetapi aku tau ia sedang emosi, aku pun mundur. Sudah
hampir sembilan bulan aku mendekapnya dalam pelukku, memang hubungan kami tidak
selalu mulus, tapi aku tidak mau kalah untuk berusaha meraih mimpi bukan? Dia
juga mengajariku untuk berusaha meraih mimpi.
Aku terdiam, bermulai hariku tanpanya. Beribu kata-kata
memohon aku gunakan, aku berusaha sebaik mungkin merubah diriku menjadi seorang
gadis tahan emosi sekali lagi. Aku mengorbankan segala untuknya kembali padaku.
Alhasil? Nihil. Kata menyerah? Aku tidak mau terbelit bersamanya lagi, untuk
saat ini aku melupakan kata itu. Dan mulai hari ini, aku akan berjalan maju dan
berubah dewasa!
“aku sudah tidak cinta sama kamu, kamu yang membuatku seperti ini”
Oh Tuhan, deruku menyayat hati. Kenapa dia menyalahkannya
padaku? Untuk pertamanya lagi, aku tidak ingat aku mengatakan hal sama padanya.
Aku tidak menyalahkan dirinya karena aku jenuh, aku berusaha tidak!
“aku memang tidak berniat, hanya kamu kok”
Hatiku tertusuk ribuan jarum saat itu, aku tidak bisa
menahan air mataku sekali lagi. Luka ini terlalu dalam ia tikam. Darahnya
berwarna merah murni, kenapa menetes begitu banyak? Kenapa luka ini tidak dapat
terobati?
“Carilah lelaki lain, yang lebih baik dari aku”
Aku tidak mau! Ucapku. Aku terus berkata padanya tidak akan,
tetapi. Berusaha lagi-lagi dan lagi hingga aku sadar.
Aku jatuh sakit karenanya? Karena usahaku untuk mendapatkan dirinya
kembali.
“Kei! Lupakan dia lah! Aku tidak terima kamu dibegitukan olehnya! Walau
aku tidak mengenalnya tapi aku tidak mau kamu disakiti seperti ini! Dia juga tidak mengetahui usahamu! Kamu
kenapa mau saja seperti ini! Bodoh!”
Kalimat itu terus berdentang di telingaku sepanjang aku
sakit, tidak terasa sudah September ya? Aku mengusap wajahku dan senyum palsu
itu kembali terlihat. Usahaku untuk fokus ke ujian tengah semester hampir buyar
karena pikiranku hanya penuh dirinya. Aku hampir pingsan karena pusing menyiksa
kepala hingga tidak sadar waktu bergulir. Ujian tengah semester kali ini aku
berusaha sekeras mungkin, dan aku meletakkan namanya dan juga Tuhan
berdampingan, malam tiap malam, doa tiap doa, hari demi hari. Aku selalu
menggunakan kedua nama itu di sisi belajar. Penyemangatku, dan tujuanku untuk
hidup untuk saat ini. Terbelit pusing dan batuk yang menghambat hari-hariku.
Aku tidak akan menyerah!
Cinta itu sesuatu yang
indah bukan? Kata banyak orang
Cinta itu sesuatu yang
memuakkan! Beberapa yang patah hati mengatakan
Cinta itu misteri, seperti
halnya mencari harta karun yang tersembunyi di balik kata sandi yang belum
dapat terpecahkan, ujarku
Akihir September, kusadari. Penyakit ini memburuk setiap
harinya. Suhu tubuh yang tidak kalah u menyayat membuatku semakin goyah. Aku
sengaja menutup mulutku, aku sadar berkata aku sakit mungkin hanya membuatnya
memikirkan yang tidak perlu dan penting bukan?
Hari-hari September aku di awali dengan kecup manis dan di
akhir minggu awal, aku kembali di tekan olehnya. Tapi aku tau, kalau tau kalau Tuhan pasti ada di
sana, di sana menemaniku untuk menempuh jalur berat ini, demi sesuatu yang
kusebut “CINTA”
Sesuatu yang menggelutku di pertengahan Oktober. Aku
merasakan sakit luar biasa. Seluruh tubuhku ikut merasakannya, sesak dadaku.
Sulit bernafas entah mengapa, kepalaku berputar, aku merasakan darah di
kerongkonganku. Batuk dan demam menggelitku. Sesuatu yang ku pendam hingga
hampir terhitung 2 bulan penyakit mendekam dalam diriku.
Hingga aku pun hampir melupakan kejadian saat itu, kepalaku
sakit. 8 Oktober? Tanggal yang keramat bagiku, dia mengatakan sekian kalinya “putus”
akhirnya aku ingin istirahat, dan tetap memperjuangan cinta dalam diam.
Aku membiarkannya. Dan aku pun mengangkat tangaku tinggi
dengan kepalan. “Tuhan aku ingin bertanya? Apakah dosaku terlalu banyak akan dia?!”
aku masih berkelut dengan deru migran yang meraihku beberapa hari itu, sesuatu
berbisik padaku..
Jumat malam saat itu 11 Oktober 2013, aku merebahkan tubuhku
dan menutup mata.
“Esok aku akan menemukan sesuatu yang di katakan, hasil perjuangan”
Sabtu, 12 Oktober 2013 tepatnya sesuatu rutinitasku.
Mataku tak berhenti menahan senyum bahagia dari sinarnya.
Sesuatu yang sebenarnya aku tidak harapkan, di awal basa-basi.
“menurutmu apa apaan?” kataku biasa. Terasa jarum-jarum masih
tersangkut di hati yang hampir pecah ini.
“aku sayang kamu”
“aku tau”
“aku cinta kamu. Mau tidak menjadi kekasihku lagi?”
Apa?! Kepalaku terlempar hingga beberapa kilometer dan di
tarik kembali dengan kecepatan cahaya di kendalikannya. Kepalaku menggeleng-gelengkan
memori di dalamnya, membunyi-bunyikan tanda kalau “aku tidak percaya” di
sekitarnya. Aku terdiam sesaat, menahan kedua mata yang terbelak kaget,
terkejut karena sesuatu yang sebenarnya “tidak mungkin” bukan? Sehari tepat
setelah kepalaku mulai kukosongkan dari aktifitasku yang terkait dengannya,
hingga cobaan itu muncul lagi. Entah ini cobaan dari setan terdekat atau
memang, ini sesuatu yang berhubungan dengan Yang Maha Kuasa, aku tidak tau.
Terdiam, mencoba berfikir akan keputusanku beberapa waktu
kemudian, aku memutuskan untuk menerimanya kembali. Memang sepertinya ini “TINDAKAN
BODOH” seseorang yang telah menyakiti kita, menghujam kita dengan
janji, menikam hati yang semakin lama
semakin berwarna merah darah akan luka dalam yang sulit ditemukan penawarnya.
Aku sendiri menganggap ini sesuatu yang mungkin berlebih
memang, aneh ya? Kejadian ini belum kuceritakan pada sahabat, kawan, teman,
kadang bercerita juga aku tidak menerkaitkan namanya. Aku berhenti menutup mata
akan seuatu ketakutan yang sebenarnya tidak perlu kukhawatirkan, ia mengatakan
“Jangan takut akan kehilangan, cukup percaya saja”
Terdengar mudah diucap oleh siapa saja bukan? Namun aku
tidak memikirkannya, kalau ia berbohong bukan tanggung jawabku manusia,
serahkan kepada yang lebih berperan dan lebih berkuasa di atas sana.
Cukup sekian secarik pengalamanku,
Untukmu jika membaca
ini, aku sebenarnya telah mempercayaimu lama, cukup lama bagiku sendiri. Berbalik
di sana dan berputar di sini, kepalaku di buatmu uring-uringan. Sakit batin
yang mendalam membuatku gelisah dan menjalar hingga fisikpun ikut merasakan
sesuatu yang lebih. Konsentrasiku buyar, pikiranku kacau, tingkah lakuku berubah
drastis. Perilakuku menjadi lebih keras dari biasanya di depan kawan-kawanku,
dan menangis lebih mudah saat merenung sendiri di atas ranjang memandang
langit-langit kamar yang sebelumnya pernah kutakutkan itu.
Hari demi hari, minggu
demi minggu, bulan demi bulan berlalu. Doa demi doa berangsur menjadi suatu
harapan kuat di tanganku. Aku lelah, ucapku. Memang tetapi, aku tidak akan
menyerah, tidak akan runtuh dan aku tidak akan semudah seorang gadis lain untuk
membuatmu melepasku. Melipat tangan kuakhiri secarik kata-kata ini untukmu.
Jika dirimu memang bukan milikku, ajarilah aku untuk merelakanmu pergi.
Dengan kasih dan segala perasaan dituangkan kuucapkan
Cinta pada kekasihku, I Love You.
0 komentar:
Posting Komentar